Kamis, 26 November 2015

Pin Protek Panasonic

PIN PROTEC PANASONIK Panasonic MN152810TTD6, AN5607K Masukan Proteksi Detektor Yang Dideteksi Tegangan Normal Menonaktifkan Proteksi Pin No.20 IC601 (0 Volt) R474 (47K) Vertikal Output R474 = 0 Volt Lepaskan R474 Q451 Tegangan 24V Collector Q451 = 0 Volt Lepaskan Q451 Q503 Tegangan 12V Collector Q503 = 0 Volt Lepaskan Q503 Pin No.50 IC1102 (5.3 volt) Q1136 Sinkronisasi Video Pin No.50 IC1102 = 5.3 Volt Lepaskan Q1136 PIN PROTEKSI TV PANASONIC Panasonic MN152810TT, AN5606K Masukan Proteksi Detektor Yang Dideteksi Tegangan Normal Menonaktifkan Proteksi Pin No.20 IC601 (0 Volt) R428 (56K) Vertikal Output R428 = 0 Volt Lepaskan R428 D522 Heater / X-ray Anoda D522 = 0 Volt Lepaskan D522 Q451 Tegangan 24V Collector Q451 = 0 Volt Lepaskan Q451 Q503 Tegangan 12V. Collector Q503 = 0 Volt Lepaskan Q503 Pin No.50 IC1102 (5.3 Volt) Q1136 Sinkronisasi Video Pin No.50 IC1102 = 5.3 Volt Lepaskan Q1136 Panasonic MN152810TTD6, AN5607K Masukan Proteksi Detektor Yang Dideteksi Tegangan Normal Menonaktifkan Proteksi Pin No.20 IC601 (0 Volt) R474 (47K) Vertikal Output R474 = 0 Volt Lepaskan R474 Q451 Tegangan 24V Collector Q451 = 0 Volt Lepaskan Q451 Q503 Tegangan 12V Collector Q503 = 0 Volt Lepaskan Q503 Pin No.50 IC1102 (5.3 volt) Q1136 Sinkronisasi Video Pin No.50 IC1102 = 5.3 Volt Lepaskan Q1136 Panasonic GOLD Series, MN1528111, AN5192K-A Masukan Proteksi Detektor Yang Dideteksi Tegangan Normal Menonaktifkan Proteksi Pin No.55 IC601 (0 Volt) D544 (MA410B) X-ray Anoda D544 = 0 Volt Lepaskan D544 R426 (56K) Vertikal Output R426 = 0 Volt Lepaskan R426 Q503 (A564) Tegangan 12V Collector Q503 = 0 Volt Lepaskan Q503 Q451 (A564) Tegangan 24V Collector Q451 = 0 Volt Lepaskan Q451 Panasonic MX-5A Chassis, MN1871681TFK, M52770ASP Masukan Proteksi Detektor Yang Dideteksi Tegangan Normal Menonaktifkan Proteksi Pin No.36 IC601 (0 Volt) D590 (MA4108) X-ray Anoda D590 = 0 Volt Lepaskan D590 Q580 (B709) Tegangan 24V Collector Q580 = 0 Volt Lepaskan Q580 Q581 (B709) Tegangan 9V Collector Q581 = 0 Volt Lepaskan Q581 Berikut adalahg lokasi protek dan penangananny pada beberapa merek tv PANASONIC TNP4G007BD, MN152810TT, AN5606K, LA7837 Proteksi 1 : Pin20 IC601, X-ray protector, normal 0V, R428 (56K) sensor output vertikal, D522 sensor heater/x-ray, Q503 sensor ABL/X-ray, Q451 sensor sekunder TFB/X-ray. Proteksi 2 : Q1136 detektor sinkronisasi video dari pin12 IC601 menuju ke pin50 IC 1102 (MN1528110TT). GOLD SERRIES, MN1528111, AN5192K-A, LA7837 Proteksi 3 : pin55 IC601, X-ray protector, normal 0V, R426 sensor vertikal output, Q451 (A1015) sensor tegangan 24V dan 12V. SHARP DUNTKD746WE, 14E25, IXB855WJZZ, BSC25-2631S/FA122WJ-B, WA216WJZZ, LA78040N, STR-W5453A, AN17823A Proteksi 1 : Pin7 IC801, AC-detector, nilai normal tergantung setting 3V+ atau 0V, default 3V+, D1002 zener 12V dari output 15V sekunder smps. Proteksi 2 : Pin63 IC801, protek utama, normal 3V+, D1005 sensor 16V, D204 sensor 5V, D203 sensor 33V, D605 sensor 180V, D608 sensor X-ray/ABL, Q603 sensor heater/X-ray. DUNTKE134WE, 14R20D2, IXC245WJN4Q, BSC25-0216F/FA135WJZZ, WA216WJZZ, STV9302B, STR-W5453A, LA42031 Proteksi 1 : pin64 IC801, AC-detector, nilai normal tergantung setting 3V+ atau 0V, default 3V+, D1002 zener 12V dari output 15V sekunder smps. Proteksi 2 : Pin63 IC801, protek utama, normal 3V+, D1008 sensor 5VA, D1005 sensor 5VB, D203 sensor 30V, D605 sensor 180V, D604 sensor heater/X-ray, D608 sensor ABL, Q603 sensor heater/X-ray. Varian : 21EF250MK2 DUNTKC911WE, 51WF200, IX1226WJ, M61260, FA0132WJ, WA165WJ, AN15524, STR-W6753, AN17823A Proteksi 1 : pin6 IC1001, AC-Detector, nilai normal tergantung setting (ADC), D1010 sensor 16V sekunder smps. Proteksi 2 : pin7 IC1001, protek utama, nilai normal 4V6, D605 sensor 180V, D608, Q603 sensor heater/X-ray, D203 sensor 33V, D1091 sensor 9VB. DUNTK9988WE, 14GT15, 14GT20, IX3368CEN1, TDA8357, Z0140PE, F0193PE, TDA7056A Proteksi : pin8 IC801, protek utama, normal 3V2, D609 sensor 8VB, D606 sensor ABL/X-ray, D614, Q603 sensor heater/X-ray, D613 sensor 180V, D752 sensor 5VB, D504 sensor 16VB audio, D502, D503 sensor vertikal. Varian : 51U200

Multitester

Cara Menggunakan Multimeter / Multitester Cara Menggunakan Multimeter – Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Multimeter sering disebut juga dengan istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM). Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya serta didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika. Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester tidak hanya dapat mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital). Beberapa kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara lain : Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry Pengukuran atau Pengujian Dioda Pengukuran atau Pengujian Transistor Bagian-bagian penting Multimeter Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya adalah : Display Saklar Selektor Probe Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital beserta bagian-bagian pentingnya. Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur Tegangan, Arus listrik dan Resistansi Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi dasar Multimeter seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter (mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter (mengukur Resistansi atau Hambatan) 1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage) Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter) **Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar jangan sampai terbalik. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.   2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage) Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter) **Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC, tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.  3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere) Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang akan diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam Multimeter akan putus. Kita harus menggantinya sebelum kita dapat memakainya lagi. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban, Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter 4. Cara Mengukur Resistor (Ohm) Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω) Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke tanda “X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter Analog) Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog Multimeter, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

Fungsi Transistor dan cara mengukurnya


Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya – Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering digunakan dalam rangkaian Elektronika, baik rangkaian Elektronika yang paling sederhana maupun rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks. Transistor pada umumnya terbuat dari bahan semikonduktor seperti Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide. Secara umum, Transistor dapat dibagi menjadi 2 kelompok Jenis yaitu Transistor Bipolar (BJT) dan Field Effect Transistor (FET).
Fungsi Transistor
Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :
sebagai Penyearah,
sebagai Penguat tegangan dan daya,
sebagai Stabilisasi tegangan,
sebagai Mixer,
sebagai Osilator
sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)
Struktur Dasar Transistor
Pada dasarnya, Transistor adalah Komponen Elektronika yang terdiri dari 3 Lapisan Semikonduktor dan memiliki 3 Terminal (kaki) yaitu Terminal Emitor yang disingkat dengan huruf “E”, Terminal Base (Basis) yang disingkat dengan huruf “B” serta Terminal Collector/Kolektor yang disingkat dengan huruf “C”. Berdasarkan strukturnya, Transistor sebenarnya merupakan gabungan dari sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut , Transistor kemudian dibagi menjadi 2 tipe yaitu Transistor tipe NPN dan Transistor tipe PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena memiliki 2 polaritas dalam membawa arus listrik.
NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP adalah singkatan dari Positif-Negatif-Positif.
Berikut ini adalah gambar tipe Transistor berdasarkan Lapisan Semikonduktor yang membentuknya beserta simbol Transistor NPN dan PNP.

Cara Mengukur Transistor
Kita dapat menggunakan Multimeter Analog maupun Multimeter Digital untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah Transistor masih dalam kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan Hitam) Probe Multimeter Analog dan Multimeter Digital dalam mengukur/menguji sebuah Transistor.
Berikut ini adalah Cara untuk menguji atau mengukur Transistor dengan Mengunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog
Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog
Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Catatan : Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.

B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital
Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan Resistansi (Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini, Pengujian Multimeter adalah terbalik dengan Cara Menguji Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital
Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital
Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Catatan : Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Display Multimeter Digital harus tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau “Open”

Pengertian Speaker


Pengertian Speaker dan Prinsip kerjanya

Pengertian Speaker dan Prinsip Kerjanya – Kita dapat mendengarkan musik radio, mendengarkan suara dari drama televisi ataupun suara dari lawan bicara kita di ponsel, semua ini karena adanya komponen Elektronika yang bernama Loudspeaker yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Pengeras Suara. Loudspeaker atau lebih sering disingkat dengan Speaker adalah Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi Frekuensi Audio (sinyal suara) yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan cara mengetarkan komponen membran pada Speaker tersebut sehingga terjadilah gelombang suara.
Bagaimana Suara dapat dihasilkan ?
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Loadspeaker (Pengeras Suara), sebaiknya kita mengetahui bagaimana suara dapat dihasilkan. Yang dimaksud dengan “Suara” sebenarnya adalah Frekuensi yang dapat didengar oleh Telinga Manusia yaitu Frekuensi yang berkisar di antara 20Hz – 20.000Hz. Timbulnya suara dikarenakan adanya fluktuasi tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan atau getaran suatu obyek tertentu. Ketika Obyek tersebut bergerak atau bergetar, Obyek tersebut akan mengirimkan Energi Kinetik untuk partikel udara disekitarnya. Hal ini dapat di-anologi-kan seperti terjadinya gelombang pada air. Sedangkan yang dimaksud dengan Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan getaran pada obyek yang menimbulkan suara, semakin cepat getarannya makin tinggi pula frekuensinya.
Prinsip Kerja Speaker
Pada gambar diatas, dapat kita lihat bahwa pada dasarnya Speaker terdiri dari beberapa komponen utama yaitu Cone, Suspension, Magnet Permanen, Voice Coil dan juga Kerangka Speaker.
Dalam rangka menterjemahkan sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar, Speaker memiliki komponen Elektromagnetik yang terdiri dari Kumparan yang disebut dengan Voice Coil untuk membangkitkan medan magnet dan berinteraksi dengan Magnet Permanen sehingga menggerakan Cone Speaker maju dan mundur. Voice Coil adalah bagian yang bergerak sedangkan Magnet Permanen adalah bagian Speaker yang tetap pada posisinya. Sinyal listrik yang melewati Voice Coil akan menyebabkan arah medan magnet berubah secara cepat sehingga terjadi gerakan “tarik” dan “tolak” dengan Magnet Permanen. Dengan demikian, terjadilah getaran yang maju dan mundur pada Cone Speaker.
Cone adalah komponen utama Speaker yang bergerak. Pada prinsipnya, semakin besarnya Cone semakin besar pula permukaan yang dapat menggerakan udara sehingga suara yang dihasilkan Speaker juga akan semakin besar.
Suspension yang terdapat dalam Speaker berfungsi untuk menarik Cone ke posisi semulanya setelah bergerak maju dan mundur. Suspension juga berfungsi sebagai pemegang Cone dan Voice Coil. Kekakuan (rigidity), komposisi dan desain Suspension sangat mempengaruhi kualitas suara Speaker itu sendiri.
Simbol dan Bentuk Speaker
Berikut ini adalah Simbol dan bentuk Loudspeaker (Speaker) :

Jenis-jenis Speaker
Berdasarkan Frekuensi yang dihasilkan, Speaker dapat dibagi menjadi :
Speaker Tweeter, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Tinggi (sekitar 2kHz – 20kHz)
Speaker Mid-range, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Menengah (sekitar 300Hz – 5kHz)
Speaker Woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Rendah (sekitar 40Hz – 1kHz)
Speaker Sub-woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi sangat rendah yaitu sekitar 20Hz – 200Hz.
Speaker Full Range, yaitu speaker yang dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga Frekuensi Tinggi.
Berdasarkan Fungsi dan bentuknya, Speaker juga dapat dibedakan menjadi :
Speaker Corong
Speaker Hi-fi
Speaker Handphone
Headphone
Earphone
Speaker Televisi
Speaker Sound System (Home Theater)
Speaker Laptop
Pengertian Speaker Aktif dan Speaker Pasif
Speaker yang digunakan untuk Sound System Entertainment pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu Speaker Pasif dan Speaker Aktif. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai kedua jenis Speaker ini.
Speaker Pasif (Passive Speaker) Speaker Pasif adalah Speaker yang tidak memiliki Amplifier (penguat suara) di dalamnya. Jadi Speaker Pasif memerlukan Amplifier tambahan untuk dapat menggerakannya. Level sinyal harus dikuatkan terlebih dahulu agar dapat menggerakan Speaker Pasif. Sebagian besar Speaker yang kita temui adalah Speaker Pasif.
Speaker Aktif (Active Speaker) Speaker Aktif adalah Speaker yang memiliki Amplifier (penguat suara) di dalamnya. Speaker Aktif memerlukan kabel listrik tambahan untuk menghidupkan Amplifier yang terdapat didalamnya.